Senin, 28 November 2016

Pengembangan Kurikulum



Penguatan Tata Kelola Kurikulum 2013
dan Latar Belakang Pengembangan Kurikulum


1.        Penguatan Tata Kelola Kurikulum 2013
Pada proses pengembangan dan pelaksanaan kurikulum yang merupakan penguatan tata kelola dalam kurikulum 2013 salah satunya yaitu satuan pendidikan dan guru tidak diberikan kewenangan untuk menyusun silabus, tetapi disusun pada tingkat nasional. Hal tersebut dilakukan dengan herapan agar tujuan pendidikan dapat dicapai dengan baik dan merata. Berdasarkan pengalaman pada kurikulum KTSP tahun 2006, yang memberikan kewenangan kepada satuan pendidikan dan guru untuk menyususn silabus sendiri, berdampak pada pemilihan buku teks yang beragam oleh satuan pendidikan dan guru. Hal yang terjadi di lapangan, satuan pendidikan dan guru memilih atau menggunakan buku yang dihasilkan dari berbagai kurikulum-kurikulum sebelumnya seperti buku pada kurikulum 1994, kurikulum KBK 2004, kurikulum KTSP 2006, dan bahkan dari sumber yang tidak jelas rujukannya (Anonim, 2013). Pemilihan buku teks yang beragam tersebut dapat menghasilkan silabus yang berbeda antar satuan pendidikan. Perbedaan silabus tersebut dapat berakibat pada perbedaan proses pembelajaran yang dilaksanakan berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang diturunkan dari silabus hingga pada proses penilaian yang akan dilakukan oleh guru akan berbeda antar sekolah serta pencapaian kompetensi lulusan akan beragam pula. Oleh karena itu, agar kompetensi lulusan dapat dicapai sesuai dengan yang telah ditetapkan, diperlukan adanya perubahan dan pengembangan pada kurikulum 2013.
Penyusunan kurikulum 2013 dimulai dengan penetapan standar kompetensi lulusan berdasarkan kesiapan peserta didik, tujuan pendidikan nasional, dan kebutuhan. Setelah menetapkan kompetensi, selanjutnya menentukan kurikulum yang terdiri dari kerangka dasar kurikulum dan struktur kurikulum. Pada kurikulum 2013, guru diharapkan mampu mengembangkan proses pembelajaran tanpa dibebankan menyususn silabus. Hal tersebut didasari karena penyusunan silabus membutuhkan waktu yang cukup banyak dan memerlukan penguasaan teknis penyusunan yang sangat memberatkan guru sehingga penyusunan silabus merupakan wewenang dari tingkat nasional (Dion, 2014). Selain itu, untuk menjamin ketercapaian kompetensi sesuai dengan yang telah ditetapkan secara dan untuk memudahkan pemantauan dan supervisi pelaksanaan pembelajaran, diperlukan penguatan tata kelola dengan menyiapkan buku pegangan untuk siswa dan guru pada tingkat pusat. Hal tersebut dilakukan karena guru merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam pelaksanaan kurikulum, sehingga sangat penting menyiapkan guru yang memahami materi dan dapat memanfaatkan sumber belajar yang telah disediakan dengan baik.
2.        Latar Belakang Pengembangan Kurikulum
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki peran penting dalam sistem pendidikan karena dalam kurikulum  berisi tujuan yang harus dicapai serta arah pendidikan yang dituju dan kurikulum juga berisi pemahaman tentang pengalaman belajar yang harus dicapai oleh peserta didik. Pengembangan kurikulum pada dasarnya adalah proses penyusunan rencana tentang isi dan bahan pelajaran yang harus dipelajari oleh peserta didik serta implementasinya di dalam kelas (Sanjaya, 2008). Tujuan dari pengembangan kurikulum adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan dan mewujudkan masyarakat yang mampu bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, (Widyastono, 2014). Oleh sebab itu, diperlukan adanya pengembangan kurikulum berupa perbaikan dan penyempurnaan dari kurikulum-kurikulum sebelumnya dengan menyesuaikan perkembangan zaman.
Menurut saya, kurikulum yang diterapkan harus mampu mengikuti dan menjawab tantangan di masa depan serta dapat menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Menurut Widyastono (2014) untuk menigkatkan mutu pendidkan harus dilakukan secara menyeluru yang mencakup pengembangan manusian Indonesia seutuhnya, seperti: aspek moral, akhlak, budi pekerti, pengetahuan, keterampilan, seni, olah raga dan prilaku. Jadi isi kurikulum hendaknya mencerminkan kondisi - kondisi di atas sehingga dapat memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat sekitarnya. Dalam pengembangan kurikulum, perlu menggunakan beberapa prinsip yang dijadikan sebagai acuan agar kurikulum yang dihasilkan tersebut dapat memenuhi harapan elemen pendidikan yang meliputi siswa, pihak sekolah, orang tua, masyarakat dan pemerintah.  Adapun prinsip pengembangan kurikulum dalam Sanjaya (2008) antara lain:
a.         Prinsip Relevansi
Pengembanga kurikulum yang meliputi tujuan, isi dan sistem penyampaian harus sesuai dengan kebutuhan dan keadaan masyarakat, tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa, serta sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kurikulum dipandang relevan bila hasil yang diperoleh dari kurikulum berguna atau fungsional bagi kehidupan masyarakat. Artinya isi kurikulum harus sesuai dengan kondisi yang terus berkembang yaitu selevan dengan perkembangan zaman yang terjadi sekarang maupun yang akan datang.
b.         Prinsip Fleksibilitas
Kurikulum yang mudah disesuaikan, diubah, dilengkapi atau dikurangi berdasarkan tuntutan dan keadaan ekosistem dan kemampuan masyarakat dan lingkungan setempat atau kurikulum bersifat dinamis. Terkadang apa yang diharapkan dan yang telah ditetapkan dalam kurikulum ideal tidak sesuai dengan kondisi dan kenyataan yang ada di lapangan. Dalam hal ini lingkungan sekitar, keadaaan masyarakat, dan ketersediaan tenaga dan peralatan menjadi faktor pertimbangan dalam rangka pelaksanaan kurikulum. Kurikulum juga harus memungkinkan guru untuk mengembangkan program pengejaran sesuai dengan kondisi yang ada serta memberikan ruang untuk peserta didik dalam mengembangkan bakat dan minat yang dimilikinya.
c.         Prinsip Kontinuitas
Dengan prinsip ini, alur dan keterkaitan di dalam kurikulum tersebut jelas sehingga mempermudah guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran. Artinya kurikulum mengusahakan agar setiap kegiatan pembelajaran merupakan bagian yang berkesinambungan dengan kegiatan pembelajaran lainnya. Dalam hal ini pengembangan kurikulum dilakukan harus bersifat berlanjut, artinya materi pelajaran harus berkaitan dan berkisinambungan dengan materi pelajaran pada berbagai jenjang dan jenis program pendidikan.
d.        Prinsip Efektifitas
Efektifias dalam suatu kurikulum berkaitan dengan seberapa jauh ketercapaian apa yang telah direncanakan atau diharapkan dapat dilaksanakan atau dicapai.
e.         Prinsip Efisiensi
Pengembangan kurikulum harus mempertimbangkan segi efisien dan penggunaan dana, waktu, tenaga, dan sumber-sumber yang tersedia agar dapat mencapai hasil yang optimal. Demikian juga keterbatasan fasilitas ruangan, peralatan, dan sumber kerterbacaan, harus digunakan secara tepat oleh sswa dalam rangka pembelajaran, yang semuanya demi meningkatkan efektifitas atau keberhasilan siswa. Kurikulum dikatakan memiliki tingkat efisiensi yang tinggi apabila dengan sarana, dana yang minimal, serta waktu yang terbatas, namun dapat memperoleh hasil yang maksimal.
Berlandaskan kelima prinsip pengembangan tersebut, maka pengembangan kurikulum sangat perlu dilakukan dengan mengembangkan kurikulum berdasarkan kebutuhan dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada saat ini. Hal tersebut perlu dilakukan agar lulusan yang dikeluarkan nantinya memiliki keterampilan serta kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat global di masa yang akan datang. Selain itu, untuk mencapai tujuan tersebut, maka guru juga diharapkan mampu memiliki kompetensi yang cukup untuk membelajarkan peserta didik agar menjadi masyarakat yang mampu bersaing dan bekerja sama serta memiliki kesiapan menghadapi segala perubahan yang terjadi saat ini dan yang akan datang.



Referensi :
Dion, Budiyono. 2014. Penguatan Tata Kelola dan Pendalaman/Perluasan Materi Kurikulum 2013. Online http://kurikulm.blogspot.com/2014/06/penguatan-tata-kelola-dan.html
Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Kencana Prenada Media Group.
Widyastono, Herry. 2014. Pengembangan Kurikulum Di Era Otonomi Daerah. Jakarta: Bumi Aksara.
yuliernawati. 2015. Alasan-alasan Perlunya Pengembangan Kurikulum. Online Diakses 28/11/2016 http://yuliernawati07.blogs.uny.ac.id/2015/10/15/alasan-alasan-perlunya-pengembangan-kurikulum/


Makalah Perspektif Global



A.      Hakikat dan Konsep Perspektif Global
1.    Devinisi
Menurut kamus besar bahasa indonesia, global berarti secara umum, keseluruhan, secara bulat, secara garis besar, dan meliputi seluruh dunia. Perspektif artinya wawasan/cara pandang. Perspektif adalah cara pandang atau cara berpikir seseorang tentang suatu obyek. Jadi perspektif global dapat diartikan sebagai suatu cara pandang dan cara berpikir terhadap suatu masalah, kejadian atau kegiatan dari sudut kepentingan global, yaitu dari sisi kepentingan dunia atau internasional. Secara ilmiah, Perspektif global adalah wawasan atau cara pandang mengenai fenomena secara keseluruhan, yakni fenomena adanya interaksi, interdependensi, dan kompetisi antar umat manusia di muka bumi (Sriartha, 2004). Dengan kata lain, perspektif global adalah suatu pandangan yang timbul akibat suatu kesadaran bahwa hidup ini adalah untuk kepentingan global yang lebih luas. Oleh karena itu, sikap dan perbuatan kita juga diarahkan untuk kepentingan global.
Pada dunia pendidikan perspektif global dapat diartikan sebagai suatu pandangan dimana guru/dosen/pendidik secara bersama-sama mengembangkan cara pandang dan keterampilan untuk mencari tahu sesuatu yang berkaitan dengan issu global.

2.    Tujuan Perspektif Global
Secara umum pengetahuan tentang perspektif global adalah selain untuk menambah wawasan juga untuk menghindarkan diri dari cara berpikir sempit, terkotak oleh batas-batas subyektif, primordial (lokalitas) seperti perbedaan warna kulit, ras, nasionalisme yang sempit, dsb. Lee Anderson dan Charlotte Anderson (1979) menyatakan bahwa untuk mempersiapkan peserta didik agar menjadi warga negara yang baik harus dimulai dari berbagai macam kelompok yang melibatkannya, dari yang terdekat hingga yang terjauh, yaitu dari masyarakat lokal, nasional, hingga global. Terdapat lima tujuan pokok dari perspektif global, yaitu:
a.    Mengembangkan pengertian keberadaan mereka sebagai individu-individu yang membentuk masyarakat.
b.    Mengembangkan pengertian bahwa mereka merupakan anggota dari masyarakat dunia.
c.    Mengembangkan pengertian bahwa mereka adalah penghuni planet bumi ini dan kehidupannya bergantung pada planet bumi tersebut.
d.   Peserta didik harus diberi pengertian bahwa mereka adalah partisipan atau pelaku aktif dalam masyarakat global ini.
e.    Mendidik peserta didik agar mempunyai kemampuan untuk hidup secara bijaksana dan penghuni planet bumi ini, serta sebagai anggota masyarakat global dan bertanggung jawab sebagai individu, sebagai umat manusia, sebagai insan.
Sementara itu, menurut Marryfield (dalam buku Perspektif Global karangan Prof. Dr. H. Nurshid S dan Drs. Kuswaya W : 1997), tujuan diberikannya perspektif global adalah sebagai berikut:
a.    Mendorong mahasiswa untuk mempelajari lebih banyak tentang materi dan masalah yang berkaitan dengan masalah global.
b.    Mendorong para pendidik untuk mempelajari masalah yang berkaitan dengan masalah lintas budaya.
c.    Mengembangkan dan memahami makna perspektif global baik dalam kehidupan sehari-hari maupun pengembangan profesinya.
Berdasarkan tujuan tersebut maka, peran guru adalah :
a.    Memberikan bekal pengetahuan kepada siswa tentang pentingnya pengetahuan global dalam memahami masalah-masalah tertentu.
b.    Meningkatkan kesadaran dan wawasan anak didik sebagai landasan dalam melakukan tindakan yang berdampak global.
c.    Memberikan contoh dan teladan dalam aktivitas sehari-hari, yang mempunyai pengaruh terhadap masalah global.
3.    Manfaat Perspektif Global
Secara politis peran negara bergeser dari penentu dan pembuat wawasan kebangsaan menjadi penjaga stabilitas dan pengontrol politik baik di dalam maupun luar negeri. Perlu disadari bahwa negara kita berhadapan dengan faktor luar yang sangat kuat. Oleh karena itu, peningkatan kerja sama dengan negara lain dalam segala bidang perlu ditingkatkan. Negara harus bersifat terbuka, karena kerja sama dalam berbagai bidang menuntut adanya komitmen yang tinggi. Negara harus beradaptasi dengan sistem yang terus berubah, aktif mengikuti dan mengadakan perubahan. Berikut ini beberapa manfaat mempelajari perspektif global :
a.    Meningkatkan wawasan dan kesadaran para pendidik dan peserta didik bahwa kita bukan hanya penghuni satu daerah, tetapi mempunyai ketergantungan dengan orang lain di belahan bumi yang lain. Oleh karena itu sikap kita harus mencerminkan “sikap ketergantungan”  tersebut.
b.    Menambah dan memperluas pengetahuan kita tentang dunia, sehingga dapat megikuti perkembangan dunia dalam berbagai aspek terutama perkembangan iptek.
c.    Mengkondisikan para mahasiswa untuk berpikir integral bukan general, sehingga suatu gejala atau masalah dapat ditanggulangi dari berbagai aspek.
d.   Melatih kepekaan dan kepedulian mahasiswa terhadap perkembangan dunia dengan segala aspeknya.
4.    Unsur-unsur Perspektif Global
a.    Penduduk dunia
Pendudukan dunia merupakan elemen penting yang menjadi subyek utama munculnya isu-isu global.
b.   Lingkungan
Lingkungan menjadi wadah atau tempat di mana penduduk dunia saling berinteraksi, sehingga muncul isu atau permasalahan global.
c.    Iptek
Iptek merupakan sebagai sarana utama dalam mendorong penduduk dunia dalam mengetahui berbagai isu global.
d.   Pendidikan perspektif global
Pedidikan perspektif global betujuan untuk memberikan penjelasan lebih rinci mengenai cara pandang terhadap permasalahan global dalam era globalisasi. Adapun tujuan pendidikan global menurut Hoopes (1997) sebagai berikut.
1)   Memberikan pengalaman yang mengurangi rasa kedaerahan dan kesukuan (relatisme budaya).
2)   Memberikan pengalaman yang mempersiapkan siswa untuk mendekatkan diri dengan keragaman global.
3)   Memberikan pengalaman tentang mengajar siswa untuk berpikir tentang mereka sendiri sebagai individu, sebagai warga negara, dan sebagai anggota masyarakat manusia secara keseluruhan.

B.       Globalisasi
Globalisasi  adalah  kecenderungan  umum terintegrasinya  kehidupan  masyarakat domestik/lokal  ke  dalam  komunitas  global  di berbagai  bidang (Arfani, 2004). Sedangkan menurut Suhartini (2009) berpendapat bahwa globalisasi merupakan “fenomena bahwa dunia ini seolah-olah menjadi lebih kecil mengkerut dari biasanya. Batas antar Negara seolah-olah seperti tidak ada lagi”. Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa globalisasi merupakan situasi yang memungkinkan adanya interaksi masyarakat global dalam berbagai bidang kehidupan. Hal tersebut berarti bahwa jarak antar Negara-negara menjadi semakin pendek sehingga setiap negara dapat saling berinteraksi dengan lebih mudah.
Menurut Tilaar (Suhartini, 2009) Era globalisasi adalah suatu tatanan kehidupan manusia yang secara global telah melibatkan seluruh umat manusia. Menurutnya globalisasi secara khusus memasuki tiga area penting, dalam kehidupan manusia yaitu, ekonomi, politik, dan budaya. Hal ini didukung oleh dua kekuatan yaitu bisnis dan teknologi sebagai tulang punggung globalisasi. Maka ketiga arena bidang kehidupan tersebut (ekonomi, politik dan budaya) menempatkan manusia dan lembaga-lembaganya dengan berbagai tantangan, kesempatan dan peluang. Gelombang globalisasi dalam bidang tersebut akan berdampak terhadap bidang lainnya, salah satunya bidang sosial terutama karena didukung oleh kemajuan teknologi transportasi dan komunkasi modern.
Adapun ciri-ciri globalisasi menurut Hamijoyo (Suhartini, 2009)
a.    Globalisasi  perlu  didukung  oleh  kecepatan  informasi,  kecanggihan  teknologi, transportasi   dan   komunikasi   yang   diperkuat   oleh   tatanan   organisasi   dan managemen yang tangguh.
b.    Globalisasi  telah  melampaui batas  tradisional  geopolitik. Batas  tersebut  saat  ini harus  tunduk  pada  kekuatan  teknologi,  ekonomi,  sosial  politik,  dan  sekaligus mempertemukan tatanan sebelum sulit dipertemukan.
c.    Adanya saling ketergantungan antar Negara.
d.   Pendidikan  merupakan  bagian  dari  globalisasi.  Penyebaran  dalam  hal  gagasan, pembaharuan   dan   inovasi   dalam   struktur,   isi   dan   metode   pendidikan   dan pengajaran sudah lama terjadi yang menunjukan globalisasi. Ini telah lama terjadi melalui literatur, atau kontak antar pakar dan mahasiswa.
Tidak dapat kita pungkiri jika globalisasi berdampak di berbagai bidang kehidupan, baik itu dampak positif maupun negatif. Menurut Tilaar (Suhartini,2009) dempak positif dari globalisasi yaitu globalisasi dapat menyebabkan munculnya masyarakat yang siap berkompetisi, dimana setiap orang berlomba untuk berbuat yang terbaik untuk mencapai yang terbaik pula. Untuk berkompetisi ini diperlukan kualitas yang tinggi. Era globalisasi adalah era mengejar keunggulan dan kualitas, sehingga masyarakat menjadi dinamis, aktif, dan kreatif. Selain dampak positif, globalisasi juga memiliki dampak negatif yaitu globalisasi akan melahirkan budaya global dan akan menjadi ancaman bagi budaya lokal, atau budaya bangsa. Rendahnya tingkat pendidikan akan menjadi salah satu penyebab cepatnya masyarakat terseret arus globalisasi dengan menghilangkan identitas diri atau bangsa. Beberapa contoh dampak negatif dari globalisasi diantaranya remaja Indonesia dengan cepat meniru gaya rambut, model pakaian, atau perilaku yang tidak sesuai dengan jati diri bangsa kita.

C.      Perspektif Global dari Sudut Ilmu-ilmu Sosial
Perspektif global berakar pada ilmu-ilmu sosial antara lain antropologi, sosiologi, sejarah, ekonomi, geografi dunia,  dan politik yang bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan  kesadaran sebagai  warga dunia yang berpartisipasi aktif. Berikut penjelasan Suhartini (2009) mengenai perspektif global ditinjau dari berbagai sudut ilmu-ilmu sosial.
           1.    Antropologi
EA Hoebel (Suhartini,2009) berpendapat bahwa antropologi sebagai studi tentang manusia dengan pekerjaannya lebih menitik beratkan kepada kebudayaan sebagai hasil pengembangan akal pikiran manusia. Sudut pandang Antropologi terhadap perspektif global, terarah pada keberadaan dan perkembangan budaya dengan kebudayaan dalam konteks global. Namun demikian sorotan dan kajiannya, tidak terlepas mulai dari tingkat lokal, regional, nasional, internasional sampai ke tingkat global yang sedang mengarus ini.
Hakikatnya, perkembangan aspek kehidupan apapun yang mengarus mulai dari tingkat lokal sampai global, dasarnya terletak pada budaya dengan kebudayaan yang menjadi milik umat manusia. Kemampuan manusia mengubah tatanan kehidupannya sampai mengglobal adalah kelebihan manusia di banding dengan makhluk lainnya. Oleh karena itu proses dan arus global dalam kehidupan, sesungguhnya adalah proses global kemampuan budaya atau proses kebudayaan, termasuk di dalamnya perkembangan IPTEK (kesatuan ilmu pengetahuan dan teknologi). Sudut pandang antropologi terhadap perspektif global, berarti mengamati, menghayati dan memprediksi perkembangan kebudayaan secara menyeluruh yang aspek serta unsur-unsurnya itu berkaitan satu sama lain dan terintegrasi dalam kehidupan manusia.
           2.    Sosiologi
Sosiologi adalah studi tentang fenomena yang timbul akibat hubungan kelompok-kelompok umat manusia, studi manusia dan lingkungan manusia dalam hubungan satu sama lain. obyek yang menjadi sorotan utama dalam ilmu ini yanitu hubungan antar manusia, terutama dalam lingkungan sosial manusia. Hubungan dan interaksi sosial manusia makin lama makin luas dan semakin berkembang dari individu hingga kelompok, hingga antar bangsa. Hal yang melatarbelakangi adanya interaksi sosial cukup beragam mulai dari alasan ekonomi, budaya, pilitik, bahkan agama.
Adanya interaksi sosial dimasyarakat baik lokal maupun global memiliki berbagai dampak baik positif maupun negatif. Oleh sebab itu, sosiologi sebagai studi ilmiah tentang kehidupan sosial umat manusia harus mengembangkan kemampuan perspektif global dalam menyimak masalah-masalah global yang mengancam kehidupan umat manusia, serta mencari metode pemecahannya.
           3.    Sejarah
Perspektif sejarah suatu peristiwa, membawa gambaran kepada kita tentang suatu pengalaman masa lampau yang dapat dikaji hari ini, untuk memprediksi kejadian yang akan datang. Kita mengenal tokoh-tokoh, bangunan bersejarah (keajaiban dunia), perang di berbagai kawasan (khususnya perang dunia), pertemuan-pertemuan internasional, perilaku dan peradabannya telah berpengaruh global dalam berbagai aspek sosial budaya, ekonomi, dan sosial politik.
           4.    Ekonomi
Ilmu ekonomi menyangkut beberapa aspek antara lain:
a.    Menentukan pilihan
b.    Keinginan yang tidak terbatas
c.    Persediaan sumber daya alam teratas, ahkan ada eberapa yang langka
d.   Kegunaan alternativ sumber daya
e.    Penggunaan hari ini dan hari esok
Dari aspek-aspek tersebut, jelas bahwa perspektif ekomomi terkait dengan waktu, hari ini dan hari esok. Sedangkan apa yang diperspektifkan terutama berkenan dengan persediaan sumber daya, dan adanya penggunaan alternativ sumber daya.  Perspektif ke hari esok atau masa yang akan datang terkait luas dengan pertumbuhan penduduk, kemajuan dan penerapan IPTEK, dalam proses produksi serta distribusi, kebutuhan yang cenderung tak terbatas kuantitasnya, dan akhirnya persediaan sumber daya yang terbatas bahkan langka. Sedangkan penggunaan sumber daya alternativ, sangat berkaitan dengan IPTEK dan kecenderungan kebudayaan.
Pertumbuhan penduduk dunia yang cepat mengakibatkan adanya peningkatan produksi untuk persediaan dan pelayan kebutuhan hidup. Sementara sumber daya alam terbatas dan sifatnya ada yang dapat perbaharui dan ada yang tidak dapat diperbaharui. Teknologi telah memungkinkan memproduksi yang lebih besar melalui industrilisasi. Hal tersebut dianggap dapat mengatasi kebutuhan hidup yang diperlukan oleh laju pertumbuhan penduduk baru. Akibatnya kebutuhan manusia diarahkan pada (1)Harus menguasai teknologi, (2)Menstabilkan jumlah penduduk, (3)Mengembangkan tatanan sosial yang mampu hidup produktif dan sejahtera secara terpadu, dengan ekonomi yang simbang.
Teknologi, industralisasi, komunikasi telah mendatangkan masalah baru yaitu berbagai pencemaran udara (debu), zat kimia, suara, air, tanah, dan bahkan pencemaran moral. Ini semua indikator munculnya kerusakan lingkungan hidup, dan kerusakan moral bangsa jauh dari kepribadian aslinya. Hal tersebut membawa konsekuensi persiapan dari peningkatan kualitas sumber daya manusia, produksi, mental, dan akhlak yang tinggi, sebagai konsekuensi arus globalisasi.
           5.    Geografi
Geografi merupakan ilmu keruangan yang mengkaji berbagai fenomena dalam konteks keruangannya. Ruang yang dikonsepkan dalam geografi yaitu permukaan bumi yang terdiri atas tiga bagian yaitu muka bumi yang berupa daratan, perairan serta udara diatasnya. Ruang pemukaan bumi memiliki ukuran dan jarak yang bertahap mulai dari tingkat lokal, regional sampai ke tingkat global. Oleh karena itu perspektif global adalah perspektif keruangan yang bertahap dari perspektif lokal, regional, sampai ke perspektif global.
Perspektif geografi atau keruangan yang paling luas adalah perspektif global. Dalam bidang geografi dikenal adanya konsep dasar globalisme, dan konsep bumi sebagai planet. Konsep ini mengungkapkan bahwa bumi sebagai planet. Konsep ini mengungkapkan bahwa bumi sebagai global atau suatu planet itu berdampak luas terhadap kondisi alamiah dan kondisi kehidupan yang mendunia. Dalam bentuk bumi sebagai globe atau planet, dipermukaannya terdapat sifat-sifat yang sama di seluruh dunia, dan sekaligus juga terdapat perbedaan. Peristiwa atau masalah lokal seperti penggundulan hutan, kebakaran hutan, pemanasan global dapat menjadi masalah global.
           6.    Politik
Ilmu politik mempelajari Negara, tujuan-tujuan Negara dan lembagalembaga yang akan melaksanakan tujuan-tujuan itu, hubungan antara Negara dengan warga negaranya dengan Negara-negara lain. Dalam sorotan perspektif global, aspek hubungan dengan Negara lain merupakan hal yang pokok. Hubungan dengan Negara lain, khususnya hubungan Negara RI dengan Negara tetangga yang kita sebut hubungan regional, dengan Negara-negara lain pada umumnya yang kita sebut hubungan antar bangsa atau hubungan internasional dan akhirnya dengan semua Negara di dunia ini, yang kita sebut dengan hubungan global.



BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Hakikat konsep perspektif global adalah suatu cara pandang dan cara berperilaku terhadap suatu masalah atau kejadian atau kegiatan dari sudut kepentingan global, yakni dari sisi kepentingan dunia atau internasional. Salah satu manfaat perspektif global yaitu mengembangkan dan memahami makna perspektif global baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam mengembangan profesinya. Dalam mempelajari perspektif global kita juga harus mengetahui tentang globalisasi, salah satunya memahami dampak dari globalisasi itu sendiri. Perspektif global berakar dari ilmu-ilmu sosial antara lain antropologi, sosiologi, sejarah, ekonomi, geografi dunia,  dan politik yang bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan  kesadaran sebagai  warga dunia yang berpartisipasi aktif.

B.       Saran
Berdasarkan penulisan makalah ini, maka penulis menyampaikan beberapa saran sebagai berikut:
1.         Mahasiswa hendaknya dapat menguasai dan memahami hakikat dan konsep perspektif global sehingga nantinya dapat bersaing dengan masyarakat global.
2.         Mahasiswa sebaiknya membiasakan diri untuk selalu mencari informasi mengenai isu-isu global yang hangat dibicarakan.
3.         Mahasiswa sebaiknya mengambil materi dari sumber-sumber terpercaya baik berupa buku, jurnal maupun website yang  jelas dalam penulisan setiap makalah maupun karya ilmiah lainnya.



DAFTAR PUSTAKA
Arfani, Riza Noer. 2004. Globalisasi Karakteristik dan Implikasinya. Ekonomi Politik Digital Journal Al-Manar Edisi I/2004
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Online http://kbbi.web.id/ diakses 30 September 2016
Suhartini. 2009. Perspektif Global (Pdf). Yogyakarta : Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta
Sumaatmadja, dkk. (2012). Perspektif Global. Jakarta: Universitas Terbuka
Sriartha, dkk. 2004. Perspektif Global: Singaraja